Pulau Nunukan – Pulau Sebatik, Batas Negeri Indonesia

Selamat datang Indonesia (Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan)

Selamat datang Indonesia (Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan)

Kapal ‘Labuhan Ekspress 5’ yang saya tumpangi sekarang inilah yang akan mengantarkan saya kembali ke Indonesia, dari Tawau dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk tiba di Pulau Nunukan menggunakan kapal ini. Di tiket kapal tidak dicantumkan nomer tempat duduk, jadi asal ada tempat duduk kosong ya silahkan ditempati. Saya masuk ke ruangan kapal bagian depan lalu mecari tempat duduk. Seorang ibu (yang akhirnya saya kenal dengan Ibu Al) menawari saya duduk disampingnya, sepanjang perjalanan beliau bercerita panjang lebar tentang bagaimana kehidupan di Nunukan. Pemandangan hiruk pikuk di dalam kapal tidak jauh berbeda dengan kapal penyebrangan yang lain, bedanya hanya pada beberapa penjual simcard negara tujuan dan penjual yang melayani jasa tukar uang.

“Saya sih sering dek bolak-balik Nunukan – Tawau, biasanya jum’at siang saya berangkat dan pulang senin pagi karena kebetulan keluarga disana (Tawau). Kalau sakit juga sebagian besar kami (orang Nunukan) lebih memilih berobat ke Tawau, berobat disini (Nunukan) cuma di opname sampe berhari-hari tapi gak membaik, kalo disana langsung ditangani dan cepat sembuh. Pelayanan disana juga lebih baik, ya walaupun lebih mahal gak apa-apa lah ya dek daripada gak sembuh-sembuh” cerita Ibu Al.

Tidak dipungkiri, minimnya fasilitas di daerah perbatasan Indonesia dan majunya fasilitas didaerah perbatasan Malaysia membuat masyarakat Nunukan memilih berobat, berbelanja, liburan bahkan bekerja di Tawau, mencari kehidupan yang lebih layak katanya.

Tidak terasa kapal sudah bersandar ke dermaga Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, keluar dari kapal saya miris melihat pemandangan sekitar, begitu kontras perbedaaan pintu gerbang perbatasan dua negara ini. Di Tawau ketika saya di dermaga yang saya lihat deretan bangunan tinggi, terawat, dan bersih sedangkan di Nunukan saya disambut pemukiman kumuh di sekitar pelabuhan. PR bagi pemerintah kita untuk membenahi daerah perbatasan agar tidak lagi hanya menjadi halaman belakang suatu negara tetapi kedepannya menjadi gerbang pintu masuk yang bersih dan cantik.

Sesampainya di pelabuhan saya langsung menuju loket imigrasi untuk meminta cap kedatangan, mengisi form dan men-scan tas saya. Disini saya merasa diiseingin oleh petugas-petugas imigrasi, ditanya ini itu yang gak sesuai dengan SOP tapi gak apa-apa sih toh mereka ganteng-ganteng *lah*. Setelah selesai urusan imigrasi saya bergegas keluar karena Kak Adhi (teman dari teman saya) sudah menunggu untuk melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Sei Jepun (pelabuhan penyebrangan ke Pulau Sebatik). Alternartif lain menuju Pelabuhan Sei Jepun adalah menggunakan angkutan umum yang ada di depan pelabuhan dengan ongkos Rp 20.000,00.

Boat Nunukan-Sebatik

Boat Nunukan-Sebatik

Dermaga Pelabuhan Sei Jepun

Dermaga Pelabuhan Sei Jepun

Selamat datang di Pulau Sebatik (Pelabuhan Mantikas)

Selamat datang di Pulau Sebatik (Pelabuhan Mantikas)

Pulau Nunukan ini jauh dari bayangan saya sebelumnya, saya membayangkan kota diperbatasan itu sepi, kurang maju, dan sebagainya. Semua bayangan saya tentang Nunukan berubah, ternyata pulau kecil ini tak seburuk yang saya bayangkan. Keinginan saya untuk tahu lebih banyak tentang pulau ini harus saya tunda dulu karena saya harus bergegas menuju Pulau Sebatik. Tiba di Sei Jepun membuat saya berdecak kagum, kantor pembelian tiketnya megah banget untuk ukuran pelabuhan kecil dan ditambah dengan petugas di kantor ini cantik – cantik pula *gagal fokus*. Informasi dari Kak Adhi, beberapa bangunan pemerintah baru saja dipercantik dari seminggu yang lalu karena presiden akan berkunjung ke Pulau Nunukan. Tiket seharga Rp 20.000,00 sudah ditangan untuk menyebrang ke Pelabuhan Mantikas tetapi saya harus menunggu 6 penumpang lagi (kuota boat 8 – 10 orang). Saya tidak perlu menunggu lama sampai akhirnya kuota penuh dan kami dipersilahkan untuk naik ke boat. Sei Jepun – Mantikas ditempuh kurang lebih 15 menit menggunakan boat dan lagi-lagi pemukiman kumuh menyambut saya ketika boat berlabuh di Pelabuhan Mantikas, Pulau Sebatik. Wow, satu mimpi tercapai saat itu, menginjakkan kaki di Pulau Sebatik, pulau dua negara !

Leave a comment