Tawau, Menengok batas negeri dari Negara Tetangga

100_9610

Salah satu mimpi perjalanan saya adalah menengok daerah perbatasan Indonesia, tidak peduli bagian mana dari batas Indonesia yang bisa saya kunjungi. Kendala mimpi saya ini adalah biaya perjalanan menuju daerah perbatasan tidaklah murah, keterbatasan dana membuat saya hanya bisa bermimpi ke perbatasan Indonesia di Kalimantan. Rencana tuhan maha asyik, promo maskapai “everyone can fly” mewujudkan mimpi saya keperbatasan Indonesia-Malaysia dengan rute yang berbeda dari rute yang biasanya. Rute PP SRG-KUL-TWU saya dapatkan dengan harga IDR 740.000 cukup murah dibanding saya harus melewati rute dalam negeri yang bisa menghabiskan jutaan rupiah sekali jalan.

Tiket pesawat sudah ditangan tetapi kendalanya adalah Tawau – Nunukan – Sebatik bukanlah destinasi wisata, jadi sulit untuk mendapatkan informasi terkini tentang biaya hidup dan moda transportasi di daerah tersebut.  Tujuan utama saya adalah Pulau Sebatik (pulau dua negara), saya pikir dari Tawau (Malaysia) saya bisa langsung menyebrang ke Pulau Sebatik karena menurut informasi Tawau – Sebatik bisa ditempuh menggunakan boat dengan waktu kurang lebih 15 menit. Ternyata saya salah besar, dari Tawau Saya harus menyebrang ke Pulau Nunukan dilanjut menyebrang ke Pulau Sebatik karena imigrasi berada di Pulau Nunukan. Keterbatasan informasi bukan jadi hambatan kan ? dan perjalan pun dimulai.

Perjalanan dimulai oleh delay-nya pesawat SRG-KUL, beruntung saya memilih jeda waktu cukup lama ke penerbangan selanjutnya untuk mengantisipasi delay dan hal-hal tak terduga di @KLIA2 mengingat bandara tersebut segede gambreng. Tiba di Bandara Tawau pukul 20.00, saya memutuskan untuk tidur di surau (musolla) bandara karena berencana menuju pusat kota Tawau menggunakan airport bus yang hanya beroprasi jam 08.00 – 16.00. Keesokan harinya pukul 07.00 saya bersiap meninggalkan bandara dan mencari airport bus dan hasilnya nihil, saya tidak menemukan tanda-tanda adanya airport bus. Setelah tanya cleaning service barulah saya mendapat jawaban, airport bus sudah tidak ada semenjak beberapa bulan yang lalu dan alternatif yang ada cuma satu yaitu naik taksi *glodak*. Pembengkakan dana dimulai dari sini, seharusnya saya hanya perlu mengeluarkan 10 MYR untuk transport tetapi takdir berkata lain. Tarif taksi dari Bandara Tawau ke kota ataupun Pelabuhan Tawau dikenakan biaya 45 MYR *itung aje dikali 3700* dengan waktu tempuh kurang lebih 35 menit.

Saya pernah dengar banyak suku bugis yang tinggal di Tawau, Pak Ambo (supir taksi yang mengantar saya ini) ternyata keturunan Bugis yang sudah lama menjadi warga negara Malaysia, perbincangan yang cukup menyenangkan dengan beliau membuat perjalanan terasa singkat. Sesampainya di Pelabuhan saya diberi tahu Pak Ambo dimana letak penjualan tiket kapal agar tidak tertipu calo, saya bergegas menuju loket penjualan tiket karena menurut info kapal Tawau – Nunukan berangkat pukul 09.00. Lagi – lagi ketidak akuratan informasi, kapal pertama yang berangkat ke Nunukan adalah kapal Labuhan Ekspres yang berangkat pukul 11.00 dengan tarif 75 MYR (info di internet 65 MYR).

Tiket kapal Labuan Ekspress

Tiket kapal Labuan Ekspress

Setelah tiket ditangan bingung juga mau ngapain, saya memutuskan untuk pergi ke ‘pelabuhan bongkar muat barang’ dari Sebatik yang berada tidak jauh dari pelabuhan utama. Di Pelabuhan bongkar muat ini aktifitas cukup sibuk, beberapa kuli panggul mondar-mandir membawa hasil bumi dari Pulau Sebatik untuk diangkut mobil pick up dan memanggul kebutuhan pokok (tepung, beras, minyak goreng, dan lain-lain) untuk diangkut menggunakan boat dibawa ke Pulau Sebatik. Dari sini pun saya bisa melihat jelas Pulau Sebatik, cukup lama saya duduk mengamati aktifitas disekitar pelabuhan ini sampai ada lelaki mendekat menanyakan dari mana dan kemana tujuan saya. Lelaki itu menawari saya ‘tumpangan’ menuju Sei Nyamuk (Sebatik Indonesia) dengan hanya membayar 30 MYR tetapi tanpa cap pasport. Saya tidak mau ambil resiko, keluar dari Malaysia tanpa cap pasport akan berbuntut panjang ketika saya harus kembali ke Malaysia, lagipula saya sudah membeli tiket kapal Tawau – Nunukan. Disini saya baru sadar, warga Sebatik menjual hasil bumi mereka ke Tawau dan berbelanja kebutuhan pokok termasuk tabung gas dari Tawau yang berarti mereka mengekspor dan mengimpor barang secara tidak resmi.

hiruk pikuk 'pelabuhan bongkar muat'

hiruk pikuk ‘pelabuhan bongkar muat’

Hasil bumi Pulau Sebatik

Hasil bumi Pulau Sebatik

Gas Shell dan Petronas akrab dengan warga Sebatik

Gas Shell dan Petronas akrab dengan warga Sebatik

Boat-boat Tawau-Sebatik

Boat-boat Tawau-Sebatik

Pulang ke Sebatik

Pulang ke Sebatik

Suasana di depan Imigrasi Pelabuhan

Suasana di depan Imigrasi Pelabuhan

Antrian di dalam imigrasi

Antrian di dalam imigrasi

Matahari semakin terik, saya putuskan untuk kembali ke Pelabuhan Tawau karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.30. Antrian terlihat mengular di depan Imigrasi Pelabuhan Tawau, saya memutuskan untuk duduk menunggu antrian tujuan Nunukan dipanggil. Penjual mondar mandir menawarkan dagangan mereka dari makanan, minuman, simcard operator seluler Indonesia, bahkan penukaran uang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.00 tetapi belum juga ada panggilan untuk kami (penumpang tujuan Nunukan). Tidak lama kemudian petugas mengumumkan panggilan untuk penumpang kapal tujuan Nunukan, antrian yang ricuh, tidak rapi, dan banyak yang menyelonong tanpa antri. Petugas harus berkali-kali menegur bahkan kadang harus membentak-bentak agar antrian bisa rapi, antrian diprioritaskan untuk ibu hamil, anak-anak dan lansia. Anehnya, petugas itu menyuruh kami antri tetapi mereka punya kebijakan pasport merah (WN Malaysia) didahulukan, dan entah kenapa saya juga ditunjuk untuk maju kedepan loket imigrasi tanpa perlu antri. Di loket imigrasi petugas menanyakan beberapa hal kenapa saya hanya sehari di Kuala Lumpur dan Tawau, setelah beberapa kali halaman pasport dibolak-balik akhirnya beliau memberikan cap dan saya bisa masuk kapal. Sebelum masuk kapal ada biaya border yang dikenakan sebesar 5 MYR, setelah selesai semua urusan saya langsung masuk ke kapal dan mencari tempat duduk yang nyaman. wohooooo, bye Malaysia and see you soon Indonesia !

4 thoughts on “Tawau, Menengok batas negeri dari Negara Tetangga

  1. Hello mbak, saya ada wacana berkunjung ke pulau sebatik dalam rangka ingin tahu aktivitas masyarakat disana, sama seperti mbak,saya berniat lewat tawau, pertanyaan saya adakah boat dari tawau ke sebatik malaysia bukan sebatik indonesia,jika tidak ada bagaimana cara masyarakat sebatik Malaysia menuju tawau,mohon maaf jika terlalu panjang, terima kasih

  2. hello mas maaf baru bales. sejauh yang saya tau ada boat khusus warga lokal Pulau Sebatik yang mana tidak bisa diakses oleh pengunjung/warga non Sebatik.
    Secara legal jika ingin ke Pulau Sebatik dari Tawau harus ke Pulau Nunukan terlebih dahulu karena imigrasi Indonesia hanya ada di Pulau Nunukan. barulah dari Nunukan dilanjut ke Pulau Sebatik. itu sejauh yang saya tau ya mas. kalo dari Tawau ke Pulau sebatik tanpa lewat Nunukan bisa dibilang Ilegal.

  3. Bantu bales buat mas nicho…
    boat dari tawau ke sebatik bagian malaysia banyak banget mas..
    saya kesana sekitar tahun 2011 dulu, boatnya biasanya dipake warga buat warga lokal disana. tapi tidak menutup kemungkinan untuk orang indonesia naek itu boat juga..
    waktu itu saya naek boat dan turun di dermaga wallace bay.

Leave a comment