Perjalanan penuh kejutan Banda Aceh – Meulaboh

Pemandangan dari Gunung Geurutee ( kotabandaaceh.blogspot.com )

Pemandangan dari Gunung Geurutee ( kotabandaaceh.blogspot.com )

Perjalanan kedua saya menginjakkan tanah rencong pada bulan juni 2014 membawa saya untuk mengenal Pahlawan Nasional Teuku Umar Johan di Meulaboh. Kawan saya, Bang Wanda, menjanjikan untuk menengok satu kota di barat Aceh itu saat saya akan berkunjung kedua kalinya ke Aceh. Aceh sungguh membuat saya jatuh hati, candu yang selalu ingin membuat kembali lagi kesana. Saya tiba di Banda Aceh dan memutuskan untuk beberapa hari tinggal di kota ini, hari ketiga di Aceh barulah kami (saya dan Bang Wanda) berangkat ke Meulaboh. Sebelum saya berangkat ke Meulaboh, teman-teman bilang “ngapain dek ke Meulaboh? Disana hanya ada hamparan kelapa sawit, gersang”. Saya peduli ? tidak, buat saya perjalanan tidak terpatok destinasi yang indah, karena saya yakin suatu tempat mempunyai sesuatu yang berbeda, termasuk Meulaboh.

Setelah salat Jum’at sekitar pukul 14.00 wib, kami bertolak dari Banda Aceh menuju Meulaboh yang diperkirakan membutuhkan waktu tempuh 5 jam. Jarak dari kota Banda Aceh ke Meulaboh kurang lebih 245 km kami tempuh menggunakan sepeda motor matic. Perjalanan pun dimulai, saya tidak pernah keluar dari kota Banda Aceh kecuali Pulau Weh. Ini menjadi pengalaman pertama saya touring di luar Pulau Jawa, akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Pemandangan setiap jalanan membuat saya terpukau sekaligus takut, deruan ombak dari pantai barat Aceh begitu kencang bahkan sesekali menggoyangkan sepeda motor kami. Infrastruktur dari Banda Aceh menuju Meulaboh sekarang sudah lebih baik pasca tsunami. Kendaraan kami melaju melewati pantai Lhok Nga, pantai ini menjadi latar tempat di film ‘Hafalan Salat Delisa’. Ah pikiran saya melayang ke tahun 2004, membayangkan betapa ganasnya gelombang tsunami meluluhlantahkan daerah ini. Perjalanan pun mulai menanjak mendaki Gunung Paro, jalanan berliku-liku, menanjak dan bergelombang membuat saya sedikit takut. Gunung inilah saksi saya jatuh dari sepeda motor ketika perjalanan pulang dari Meulaboh ke Banda Aceh, haha. Tetapi pemandangan disekeliling sedikit meredakan ketakutan saya, lebatnya hutan, indahnya menatap laut biru dari ketinggian, menikmati pemandangan beberapa monyet yang bergelantungan diatas pohon bahkan ada yang duduk-duduk dipinggir jalan. Jalanan yang sempit membuat kami kadang harus mengalah jika ada truk besar berpapasan. Perasaan lega ketika sudah menembus Gunung Paro, tapi ternyata penderitaan saya belum berakhir disini, hahaha. Jantung saya masih dipacu lagi ketika jalanan mulai menanjak melewati Gunung Geurutee, Aceh Jaya. Saya lebih bersyukur ketika tau jalanan di Gunung ini lebih baik daripada Gunung Paro, tikungan tidak begitu tajam dan jalanan yang hampir sebagian besar mulus semulus pahanya SNSD *apasih*. Tepat di puncak Gunung Geurutee berjejer warung kopi yang ternyata menjual pemandangan yang menakjubkan. Saya bisa melihat dari jalanan, pemandangan gradasi birunya laut dengan gugusan pulau yang tersusun, hanya ada dua atau lebih pulau tapi ini lebih dari cukup memanjakan mata saya. Sayang, kami harus segera tiba di Meulaboh sebelum gelap.

pemandangan Banda Aceh - Meulaboh ( www.journeytoindonesia.net )

pemandangan Banda Aceh – Meulaboh ( http://www.journeytoindonesia.net )

pemandangan di atas Gunung Geurutee (goindonesia.com)

pemandangan di atas Gunung Geurutee (goindonesia.com)

Geurutee (galleryaceh.blogspot.com)

Geurutee (galleryaceh.blogspot.com)

Motor kami terus melaju meninggalkan Gunung Geurute. jalanan mulus berliku menembus bukit yang dipangkas menjadi pemandangan sepanjang Gunung Geurute menuju Calang. “Jalanan ini adalah sumbangan dari Amerika Ta, liat aja jalanannya kayak jalanan di Amerika kan ?”, kata Bang Wanda. Saya pernah browsing tentang perjalanan ke Meulaboh dan ada yang mengatakan bahwa jalanan ini dibangun oleh Amerika, bantuan rakyat Amerika dengan ditandainya jembatan dengan tulisan USAID. Benar saja, semua jembatan sepanjang jalan disisi barat bertuliskan “USAID from American People“. Pemandangan lain yang saya temui di Aceh Jaya ini adalah gapura gang yang sangat sederhana tapi menarik perhatian saya. Hampir setiap gang memiliki gapura terbuat dari 3 bambu berukuran lumayan panjang yang ditegakkan dikedua sisinya dan dicat dengan corak warna bendera partai lokal Aceh. Bahkan saya beberapa kali melihat warung yang dicat full corak bendera partai tersebut. Mendekati  Kota Calang, ban motor kami bocor, haha lumayan lah ada alasan untuk meregangkan otot sebentar. Perjalanan kami lanjutkan melewati Lamno menuju Kota Calang.

Lamno adalah daerah di Aceh Jaya yang cukup terkenal dengan penduduk bermata biru layaknya bangsa Portugis. Sayangnya, semenjak tsunami menyapu bersih tempat ini sangat sulit untuk menemukan yang bermata biru tersebut.

Kami terus melaju meninggalkan Kota Calang menuju Aceh Barat, memasuki Aceh Barat pemandangan hamparan perkebunan sawit menyambut kami. Dua pemandangan yang berbeda bak dibelah oleh jalanan. Sebelah barat jalan kami disuguhi deruan ombak, birunya laut, liukan pohon cemara dan pohon kelapa, sedangkan di sisi timur jalan kami disugugi pemandangan hamparan perkebunan sawit kadang mata saya menangkap lahan kering bekas kebakaran hutan, entah terbakar atau sengaja dibakar. Beberapa kali kami harus mengalah, mengurangi kecepatan ketika segerombolan sapi sedang asyik bersantai di jalan raya. Pemandangan yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya, biasanya hewan-hewan itu yang akan mengalah berjalan menepi di pinggir jalan, sedangkan disini ? kami, para pengendara yang harus mengurangi kecepatan, menepi bahkan berhenti saat sapi-sapi itu dengan asyiknya kencing ditengah jalan bahkan ada yang santai saja menyusuhi anaknya tanpa mempedulikan kami. Pemandangan yang membuat saya takjub, atau jangan-jangan sayanya yang mudah kagum terhadap sesuatu ? entahlah, haha.

Aceh Barat

Aceh Barat

unik, di Aceh pantai tidak hanya dihiasi pohon kelapa tapi juga pohon cemara

unik, di Aceh pantai tidak hanya dihiasi pohon kelapa tapi juga pohon cemara

Kerbau berjalan santai di tengah jalan -_____-

Kerbau berjalan santai di tengah jalan -_____-

Tepat pukul 19.00 wib kami tiba di Kota Meulaboh, disambut masjid raya Meulaboh, perjalanan yang melelahkan tapi menjadi pengalaman baru untuk saya. Di posting-an selanjutnya saya akan bercerita pengalaman singkat saya di kota Teuku Umar ini.

(Beberapa gambar saya ambil dari internet dengan mencantumkan sumber karena saya tidak sempat membidik menggunakan kamera saya)

8 thoughts on “Perjalanan penuh kejutan Banda Aceh – Meulaboh

  1. waw.. segera meluncur

    mau tanya.. perbandingan mata melihat pemandangan, antara Meukaboh – Banda Aceh dibanding dengan rute sebaliknya bagusan yang mana ya

Leave a comment